Tapi saya suka Pecinta alam .. karena kakak saya seorang pemandu dan pembina Pecinta alam hal itu yang membuat saya termotivasi.
Komunitas
pencinta alam merupakan sesuatu yang awalnya terasa tidak mungkin untuk saya
ikuti. Karena saya merasa sangat kurang tahu tentang seluk beluk organisasi
ini. Sejak awal masuk SMA, tidak ada ekskul PA, yang ada hayalah ekskul wajib pramuka,
kesenian, olahraga, jurnalistik, dan KIR. Setelah masuk kuliah, saya
memberanikan diri untuk ikut PA. Dengan modal pengetahuan pas pasan dan iming
iming bisa melanglang buana ke tempat tempat ekstrim.
Setelah menempuh
pendidikan dasar yang berupa materi kepencintaalaman dan aplikasi langsung di
hutan rimba selama seminggu, akhirnya saya bisa mendapatkan kain perjuangan
itu. Dalam pencinta alam disebut scraft, sebagai tanda keanggotaan sebuah organisasi
PA. Dan bagi saya, itu adalah perjuangan yang luar biasa. Aplikasi umum yang
kita ikuti bertempat di Taman Nasional Meru Betiri., sebuah kawasan konservasi
yang memiliki aneka macam misteri di dalamnya, termasuk Harimau jawa yang
dianggap punah. Seluruh peserta dan panitia ditempa dengan medan yang sangat
berat, diharuskan untuk bertahan hidup dan menghargai apa yang ada di sekitar
kita. Bahkan ketika kita semua melewati medan yang berat dan tidak ada titik
air disana, kita diharuskan untuk memanagemen air persediaan kita agar tidak
sampai habis. Pelajaran ini tidak saya terima di kehidupan sehari hari. Air
tinggal beli, mau mandi tinggal buka kran. Sebuah kontras yang sangat
berpengaruh pada gaya kehidupan saya ke depan.
Begitu juga dengan
makanan, kita harus menghargai apa yang alam sediakan untuk kita manfaatkan. Di
materi kepencintaalaman, juga di pelajari cara membedakan dedaunan yang bisa
dimakan atau tidak. juga untuk beberapa materi jamur. Sejak saya ikut pencinta
alam, saya belajar untuk tidak milih milih dalam makan. Sayur yang sebelumnya
enggan saya jamah pun mulai akrab dengan mulut dan lambung ini.
Selang dalam
perjalanan ikut dalam organisasi pencinta alam, memang banyak stigma miring.
Anak PA itu kucel kucel, jorok, jarang mandi, kuliahnya lama, dan banyak lagi
predikat buruk lainnya. Apalagi sekarang sudah menjadi trend, seiring dengan
maraknya produk produk yang mengatasnamakan lingkungan. Bagi saya itu hanyalah
opini publik atas apa yang mereka lihat saja, bukan yang mereka rasakan dan
pahami sepenuhnya. Intinya, opini tersebut terbentuk karena tak adanya sikap
positif thinking dalam diri kita untuk menyikapinya.
Dengan menjadi
pencinta alam, apakah saya sudah bisa mencintai alam? Secara harfiah, pencinta
alam adalah orang yang mencintai alam. Apabila disuruh untuk menjawab
pertanyaan tersebut, jujur saya masih bingung. Karena saya sendiri masih dalam
upaya belajar dan terus belajar untuk mencintai alam. Mungkin dengan cara yang
paling remeh sekalipun. Membuang sampah pada tempatnya dan tidak membuang buang
air. Ada yang bilang, hal kecil akan membuat perubahan yang besar apabila kita
setia melakukannya.
Terus terang,
sejak ikut pencinta alam, banyak hal hal yang berubah dalam diri saya. Selama
masa perjalanannya, banyak kegiatan positif yang dilakukan. Diantaranya
penghijauan, advokasi lingkungan, konservasi, dan jurnalistik lingkungan.
Setelah menjalani proses selama beberapa tahun, akhirnya saya memantapkan diri
untuk memilik jurnalistik lingkungan sebagai ilmu yang harus saya dalami secara
terus menerus. Karena saya suka menulis. Ya, terkadang dalam beberapa tulisan,
saya mencoba untuk memberikan sudut pandang dari sisi lingkungan. Termasuk
dalam menulis di media blogger.
Selain itu, kita
juga bisa belajar berorganisasi. Sebagai bekal untuk terjun di dunia masyarakat
suatu sa’at nanti. Mulai dari merancang sebuah acara, belajar mengungkapkan
pendapat, bermusyawarah, dan saling menghargai. Tak hanya itu, saya bisa
merasakan eratnya hubungan kami sesama pencinta alam. Seperti sebuah keluarga.
Bahkan kalau menurut saya pribadi, lebih dari keluarga. Dengan terjun di dunia
pencinta alam, benar benar mengajarkan saya cara bertahan hidup dalam keadaan
sesulit apapun itu. Apalagi bagi anak kos yang sering sekarat dang ngos ngosan.
Penghargaan terhadap apa yang ada di sekitar kita juga semakin bertambah. Entah
apapun itu usahanya, rasanya bahagia banget kalau kita bisa mengaplikasikan apa
yang kita dapat dalam ilmu kepencintaalaman, meskipun itu secuil.
No comments:
Post a Comment